Stop Layar
Waktu baru gabung SRPG, anak saya yang berusia 1 tahun belum bisa mengucapkan beberapa kata berarti.
Saya konsul masalah tersebut ke Busar. Beliau tanya balik: "Ibu kasih layar?"
Saya refleksi. Benar sih per masuk grup, anak-anak sudah tidak berlayar. Tapi sebelum masuk grup, saya kasih anak pertama nonton TV. Maka anak kedua, ikut terpapar TV juga. Sejak bayi ðŸ«
Berbekal mindset masa sembuh=masa sakit, saya fokus stimulasi anak kedua bicara. Tentunya dengan juga menyetop layar, kontrol asupan gula, memperbaiki makan, tidur, dan saran-saran lainnya.
Menjelang umur 2 tahun, sudah ada progress, tapi anak masih patah-patah bicaranya. Saya telateni dulu. Menurut referensi, ini masih wajar hingga anak usia 2 tahun.
Tidak lama menjelang, anak seperti mengalami "ledakan" bahasa. Bisa bicara dua kata. Mau menirukan kata-kata yang saya ucapkan. Walhasil, di usia 2 tahun, anak mulai lancar bicara. Alhamdulillah bi'idznillah.
Dari pengalaman tersebut, saya makin yakin tiap Busar bilang "masa sakit=masa sembuh (minimal)". Memang tidak saklek/hitam putih. Rahmat Allah begitu luas untuk mempercepat prosesnya. Paling tidak, saya bisa set ekspekrasi realistis. Kebiasaan salah bertahun-tahun, ga mungkin berubah secara permanen seminggu atau sebulan saja.
Mengutip kata seorang sahabat tentang pro-kontra pemberian layar: "Screen time memang halal. Tapi tidakkah anak berhak mendapatkan aktivitas yang lebih thayyib selain screen time?"
Comments
Post a Comment