Posts

Sehat Mental Edisi Curhat Kondisi Bangsa

I feel like. Orang tulus. Orang berkompeten. Yang benar-benar mau give beneran untuk perbaikan negeri ini tanpa pamrih. Justru kayak ga ada tempat di negara ini. Ga akan didenger. Ga akan diterima. Not fit in. Tapi. Mungkin narasi di otak saya harus diubah. Kalau dihitung pakai kalkulator manusia, mungkin memang ga akan nyampe. Dalam artian, yang dicari penerimaan dari manusia. Tapi, kalo tetep berjalan apapun yang terjadi, argometer Allah swt akan tetep jalan. Berharap diterima manusia tentu manusiawi.  Tapi kalo itu ga didapet, dan dibiarin berlarut-larut, bisa bikin frustasi. Bahkan depresi. Kita beruntung dikelilingi para penggerak. Yang tetap berjalan menebar kebaikan. Meski belum tentu dapat "Tempat yang layak." Layak menurut siapa? Ya menurut saya. Tunggu. Tapi kan saya sendiri ga tahu. Apa yang Allah siapkan untuk para penggerak ini. Semoga kita istiqomah turut bergerak. Bekerja sekeras yang kita mampu. Dari dan menuju Allah. Please. Take care of your mental health. T...

Stop Layar

Image
Waktu baru gabung SRPG, anak saya yang berusia 1 tahun belum bisa mengucapkan beberapa kata berarti. Saya konsul masalah tersebut ke Busar. Beliau tanya balik: "Ibu kasih layar?" Saya refleksi. Benar sih per masuk grup, anak-anak sudah tidak berlayar. Tapi sebelum masuk grup, saya kasih anak pertama nonton TV. Maka anak kedua, ikut terpapar TV juga. Sejak bayi 🫠 Berbekal mindset masa sembuh=masa sakit , saya fokus stimulasi anak kedua bicara. Tentunya dengan juga menyetop layar, kontrol asupan gula, memperbaiki makan, tidur, dan saran-saran lainnya. Menjelang umur 2 tahun, sudah ada progress, tapi anak masih patah-patah bicaranya. Saya telateni dulu. Menurut referensi, ini masih wajar hingga anak usia 2 tahun. Tidak lama menjelang, anak seperti mengalami "ledakan" bahasa. Bisa bicara dua kata. Mau menirukan kata-kata yang saya ucapkan. Walhasil, di usia 2 tahun, anak mulai lancar bicara. Alhamdulillah bi'idznillah. Dari pengalaman tersebut, saya makin yakin tia...

Pilih Susah

Image
Mengenang guru kami, Almh. Ustadzah Afrida Elanda... Yang di hari-hari terakhir beliau, tidak henti mengingatkan kami untuk terus belajar.  Kadang saya bertanya-tanya. Kenapa beliau memilih jalan yang susah. Terus mengajar di tengah keterbatasan. Yang kalau dalam pendeknya pikiran saya, ustadzah bisa saja memilih "istrirahat", fokus penyembuhan, dan tidak perlu "capek-capek" mengajar. Kini, saya terngiang surat Al Insyiqaq ayat 6. "Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu dengan sungguh-sungguh , maka kamu akan menemui-Nya." Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa sayang, empati, dan perhatian. Perbedaan manusia dengan langit dan bumi: manusia memiliki akal. Juga taklib (orang yang diberi beban). Manusia punya hak pilih dan hak ikhtiar.  Manusia sejak janin sudah mulai bersusah payah. Dan akan terus begitu. Bertahap tingkat kesusahannya. Bahkan orang yang diampuni sebenarnya payah, susah, atau lelah.  Setiap tahapan kehidupan m...

Berkarya, Berdaya

Image
Dulu, yang ada dalam benak saya ketika memutuskan jadi ibu rumah tangga: khidmat kepada suami. Mengasuh dan membersamai anak di rumah (jika dititipi). Mindset tersebut perlahan berkembang melalui wasilah guru di grup pengasuhan yang saya ikuti. Pilihan saya menjadi IRT, adalah untuk menjalankan perintah Allah di surat 33:33. Saya juga dapat insight baru, bekerja & berkarya. Karena Allah meminta hamba-Nya untuk bekerja (jadi ga mungkin dong, guru kami malah melarangnya.) Tapi untuk teknis bekerjanya seperti apa, tentu harus mengikuti apa yang diatur dalam koridor agama. Dari perantara beliau juga, saya lebih mengenal prioritas. Mengenal bahwa diri saya ini sudah mengemban banyak peran. Sebagai hamba Allah, istri, ibu, anak, menantu, tetangga, adik, ipar, dll yang harus saya jalankan dengan baik. Jika saya mengambil peran lain, maka saya harus memastikan peran baru tsb tidak mengganggu "peran-peran utama" saya. Begitu pun dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Saya meng...

Urutan Surat

Image
Siapa sangka, lecutan yang kuat untuk terus dan terus belajar Al Quran adalah dari anak... Suatu hari, Ali bertanya kepada saya, Al A'raf surat ke berapa Ma? Saya, ga bisa jawab, langsung buka Quran.... Ternyata surat ke-7... Maluuuuuu sekali rasanya.... Ya malu ke Ali. Ya malu ke Allah... Bahkan urutan surat yang hanya  114  tadi, belum saya hafal. (jangan lagi tanya ttg isinya) T-----T Sumber: pixabay Di umur segini.  Sepintas ada rasa sesal, Kenapa dulu... kenapa kenapa dll. Dulu belajar telaah teks Tiongkok, tapi Al Quran kok ga ditelaah?  Itu baru urutan surat. Belum dari segi tahsin? Tafsir? Hadits gimane? Bahasa Arab apa kabar? Dan suara-suara dalam diri lain yang lumayan ramai. Tapi saya stop rasa sesal tersebut.  Ubah jadi sesuatu yang lebih produktif. Hari itu jg ketik di grup kantin SRPG... Alhamdulillah, ada kawan baik yang ajakin kongkrit... Hafalin dikit2, setor tiap hari via VN. Semoga memang jalan Allah gerakin kami belajar.... Oke, usaha baru, ...

Jadi Profesor

Image
Suatu hari, saya dan suami sowan kepada guru kami. Di sela sesi bertukar kabar, saya sampaikan kepada beliau, celetukan saya ke suami, setelah mendengar peraturan2 baru tentang syarat2 menjadi guru besar yang makin rumit: "Sabar ya Kak.... Jalan jadi profesor makin sulit...." Magnet dari Uti Iyah 😘 Beliau, yang merupakan seorang guru besar, dengan penuh rendah hati merespon, "Itu hanya gelar di dunia. Yang paling penting, gelar di akhirat kelak...", sembari tersenyum... 💗💗💗 Saya seketika tersadar. Bahwa gelar tsb, memang tidak pernah menjadi tujuan. Ada hal yang lebih penting dari tujuan suami bekerja dekat kampung halaman: mencari jalan agar ilmu ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.  Dan jalan untuk mencapai hal itu, tidak hanya bisa didapat dengan menjadi seorang profesor.  Sungguh ringan hati saya mendengar kata-kata Ibu. Berasa mendapat suntikan energi, dan kembali menjalin cita dengan semangat baru 🥰

Re-Define Selfcare

Image
I used to think that selfcare(s) are: 1. Go to hair saloon. Chocolate or strawberry hairspa sounds good. 2. Go to shopping mall. Buy one or two things that I want. I need to appreciate myself. 3. Go to restaurant, movie theather, or a nice cafe. I need to treat myself. 4. Buy ice cream for myself after surviving a very hard day Etc etc This past years, things has changed. Selfcare not only fullfil what I want. It will be beneficial when I fulfill what I need. I need to: 1. Understand my self more: self discovery? Write journal? Nourish my soul? Reflect, reflect, reflect. And be a better person everyday. That's self care. 2. I can achieve no 1 when I understand where J came from? What is the purpose of my life? 3. To achieve no 2, I need to get closer to the One Who Create me. Yes. I need spiritual journey in my selfcare! 4. Talk to psychologist if needed, to support no 1. After a numerous trial, I have found a moslemah psychologist that can help me to understand more about myself, ...