5 Memori tentang Jepang - Tokyo

Source: Hempelfrankfurt

Maret 2016 lalu, saya berkesempatan berkunjung ke Tokyo, ibukota Jepang. Perjalanan ini juga merupakan pertama kalinya saya melakukan business trip ke luar negeri. Rasanya berbeda memang dengan perjalanan lain yang dilakukan saat kuliah dulu, yang mayoritas dilakukan sendirian. Kali ini, saya berangkat bersama 18 rekan di kantor, dengan jadwal yang jauh lebih... padat.

*tarik nafas*

Dari total lima hari saya berada di Negeri Sakura, 5 hal inilah yang meninggalkan kesan bagi saya.

1. Toilet
Jepang terkenal dengan budayanya yang disiplin, tertib dan taat aturan. Budaya tersebut rupanya turut tercermin dari fasilitas umum yang paling esensial bagi umat manusia: toilet umum! Toilet/kamar mandi/ restroom di Jepang itu bersih! Mau yang di bandara, pusat perbelanjaan, maupun di stasiun kereta, di mana mana toiletnya bersih. Mayoritas lantai dan dindingnya kinclong. Tisu tidak berserakan, dan harum.

Selain bersih, toilet di Jepang juga berteknologi tinggi. Mengapa begitu? Karena WC di Jepang rata-rata memiliki banyak tombol dengan fungsinya masing-masing. Adapun yang sudah menjadi "default" WC di Jepang adalah: MUSIK. Jadi, tiap kali kita menggunakan WC, musik secara otomatis akan mengalun dari WC. Hoalah, kenapa ya? usut punya usut, ternyata -hampir sama seperti di Indonesia- suara yang muncul dari WC dianggap tidak sopan. Kalau di Indonesia, biasanya kan kita mengaburkan suara dengan cara menyalakan air keran di bak mandi. Namun, karena di Jepang tidak ada keran dan bak mandi, mereka menciptakan toilet dengan musik otomatis. Hahaha. Musik ini akan berhenti dengan sendirinya saat WC sudah tidak diduduki. uwaw.

2. Jalur Metro
Agak salah sih saya tidak melakukan riset kecil-kecilan sebelum pergi ke Jepang.
Saya pikir, kereta bawah tanah/ metro di Tokyo akan seperti di negara lainnya semisal Singapura, Cina, ata Taiwan: Simpel dan mudah. Waktu turun kereta, mau ambil eskalator di sebelah kanan atau kiri, masih bisa ketemu jalan keluar yang dimaksud. Saya pikir di Tokyo juga sama. Awalnya, saya masih mengira jalur kereta di Tokyo simpel, mungkin karena saat pertama naik metro dari airport ke hotel, saya dan rombongan masih dipandu oleh atasan yang sudah lebih familiar dengan jalur kereta di Tokyo. Nah, saat sudah berpisah dengan atasan atau senior yang lebih paham jalan, barulah saya bingung. Jalur keretanya banyak! Jauh lebih banyak (Kalau gak mau dibilang lebih ribet) dari yang saya kira. Sebagai gambaran, ada 3 perusahaan metro di Tokyo. Masing-masing punya jalur sendiri, tapi terintegrasi. Saat baru turun atau akan naik kereta, kita harus baca petunjuk, tidak bisa asal jalan. Sudah sering kejadian, saya harusnya berjalan ke utara, eh malah ambil yang ke selatan. Jadi ya harus fokus biar nggak kesasar :))

3. No taking pic inside the train
Seperti biasa, kalau pergi kemana-mana kadang saya suka cekrak-cekrek jepret sana sini. Saya masih melakukan hal tersebut di Tokyo, termasuk saat di dalam kereta dari daerah Kichiyoji menuju tengah kota. Saya yang sedang duduk, memotret teman saya yang sedang berdiri di dekat pintu. Setelah memotret, ekor mata saya "menangkap" ada seorang ibu-ibu yang duduk di seberang saya yang sedang memperhatikan saya. Beliau secara sopan memberi tahu saya bahwa memotret di tempat umum tidak diperbolehkan karena mengganggu privasi. Bila ada orang memotret di tempat umum dan ada orang lain yang merasa terganggu, mereka bisa melaporkan pemotret ke polisi. Waduh! Saya pun manggut-manggut, meminta maaf dan berterima kasih kepada sang Ibu karena sudah diingatkan.

"Makanya, Ya, baca! Iqro! riset dulu deh sebelum ke tempat baru."

4. Combini - convenience store.
Seperti layaknya di Jakarta, Tokyo pun bertebaran convenience store. Orang setempat menyebutnya combini. Sepengamatan saya, ada 3 combini yang bertebaran di Tokyo, yakni Seven Eleven
Family Mart, dan Lawson. Ketiganya menawarkan produk yang kurang lebih serupa, mulai dari makanan kecil, minuman, dan makanan siap saji. Combini memegang aspek penting dalam perjalanan ini. Di combini, saya masih bisa menemukan Onigiri, nasi kepal Jepang, dengan harga terjangkau (sekitar 100 yen atau 12.000 rupiah). Onigiri, yang saya sebut lemper ala Jepang, dapat mengganjal perut lapar saya yang selalu bermaksud menekan budget makan di sana, haha. Selain itu, karena menemukan masakan halal di sana gampang-gampang susah, Onigiri dengan isian makanan laut selalu bisa menjadi pilihan tercepat dan termurah saat lapar menyerang.

5. Makanan Halal
Menemukan tempat makan halal di Tokyo memang gampang-gampang susah. Makanan halal yang paling mudah ditemukan di tempat makan yang menjual menu-menu dari India (Seperti menu kare-kare), Timur Tengah, atau Turki (kebab).

Restoran yang bersertifikasi halal biasanya menyertakan tanda "Halal" di depan restoran. Selain itu, sudah ada beberapa situs yang menyediakan info tentang makanan halal di Jepang seperti www.halalinjapan.com dan www.halalmedia.jp, 

Saat memilih makanan sehari-hari seperti snack, minuman-minuman yang ada di combini, ataupun oleh-oleh saya biasanya melihat dari komposisi makanannya. Saya melihatnya berbekal dari list yang didapat dari internet, seperti dari website ini. Berikut cuplikannya.

Haram  substances:
肉, ミ ー ト – Meat
豚 肉 – Pork
鳥 肉- Chicken
牛肉 – Meat/Cow
ベ ー コ ン – Bacon
ラ ー ド – Lard (Pork)
酒 – Liquor
ワ イ ン -Wine
み り ん – Rice Wine (use for cooking)
リ キ ュ ー ル, 洋酒 – Liquor (Western style liquor)
グ リ コーゲン, ブイヨン, コ ン ソ メ - Animal Shortening
ゼ ラ チ ン - Animal Gelatin
ゼ リ - Jelly


Substances that may be Halal or Haram:
乳化 剤 – Emulsifier
シ ョ ー ト ニ ン グ – Shortening
マ ー ガ リ ン – Margarine
油脂 – Oil and Fats

Singkatnya, bila makanan-makanan yang mau kita pilih ternyata mengandung bahan-bahan di atas, lebih baik memang dikembalikan lagi ke tempatnya semula, alias tidak jadi dibeli... Salah satu makanan yang popoler dari Tokyo adalah Tokyo Banana. Sayangnya, Tokyo Banana mengandung alkohol, jadinya ya saya ga beli. Namun, kata sumber ini, sekarang ada Tokyo Banana yang tidak mengandung alkohol. Tapi tetep harus hati-hati yaaaa.

Sekian. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Saran Pengasuhan yang (Mungkin) Belum Pernah Anda Dengar Sebelumnya

Mengasuh Anak Lebih Mudah, Emang Bisa?

[FAQ] Sastra Cina UI